Berpikir
induktif merupakan suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju
kepada yang umum. Cara berpikir dilakukan dengan berusaha untuk mencari ciri-ciri
atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena. Lalu menarik kesimpulan-kesimpulan
bahwa ciri-ciri itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi.
Tepat
atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara induktif ini
terutama bergantung kepada refresentatif atau tidaknya sampel yang diambil yang
mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel yang diambil berarti
makin tinggi akurasi kesimpulan yang diperoleh. Dan makin besar pula taraf
dapat dipercaya (validitas) dari kesimpulan itu, dan sebaliknya.
Sebagai contoh umum :
- Besi di panaskan memuai
- Seng di panaskan memuai
- Emas di panaskan memuai
- Perak di panaskan memuai
- Besi, Seng, Emas dan Perak adalah logam
- Jadi : Setiap logam yang di panaskan akan memuai.
Dan berfikir secara induktif pun dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Induksi sempurna
Jika putusan umum itu merupakan penjumlahan dari putusan khusus, maka Induksi itu sempurna, misalnya :
Jika
dari masing-masing Mahasiswa pada suatu Fakultas, diketahui bahwa ia
warga Negara Indonesia. Maka dapat diadakan putusan (umum) semua
Mahasiawa Fakultas itu warga Negara Indonesia.
b. Induksi tidak Sempurna
Jika putusan umum dari Induksi
yang bukan merupakan penjumlahan, melainkan seakan-akan loncatan dari
yang khusus kepada yang umum, itulah Induksi yang tidak sempurna.
Induksi tidak sempura ada dua macam lagi demi sifat yang di milikinya dalam kekuatan putusan yang ternyata :
- Dalam ilmu alam (sciences) utusan yang tercapai melalui Induksi tidak sempurna berlaku umum, mutlak, jadi tak ada kecualinya. Hukum air mengenai pembekuannya tak mengizinkan pengecualiannya. Tidak ragu-ragu ilmu berani meramalkan tentang pembekuan itu.
Sumber :
- blog.tp.ac.id/.../makalah-model-berpikir-secara-induktif
- http://paradigmakaumpedalaman.blogspot.com/2012/01/macam-macam-cara-berpikir.html